Budaya Kekerasan Mencekam di Kampus Bumi Tridarma Haluoleo Kendari
Mendengar kata “mencekam” tentunya akan membuat sebagian orang merasa sedikit ketakutan atau bahkan sangat ketakutan, tapi tidak semua orang akan menganggap bahwa “mencekam” itu adalah hal yang sangat mengerikan karena justru sebagian dari merekalah yang membuat tempat itu menjadi “mencekam” itu berarti mereka tidak merasa ketakutan ataupun ngeri dengan keadaan yang seperti itu, tapi memang itulah kenyataannya.
Dengan menggunakan penutup muka mereka melancarkan aksi dengan membawa senjata tajam, seperti samurai, keris, tombak, kayu, dan yang paling berbahaya diantara benda-benda tajam tersebut yaitu busur, mengapa saya mengatakan seperti itu? Karena busur akan melukai siapa saja sekalipun dia bukan orang yang akan menjadi sasarnnya, serta merta mereka menyerang secara membabi buta pada siapa saja, sekalipun kepada orang yang tidak tahu menahu duduk permasalahan yang terjadi, yang terpenting bagi mereka adalah menyerang dan menjadikan orang lain sebagai korban. Sebenarnya apa yang tengah terjadi di sekitaran kampus Unhalu ini? Mengapa seringkali terjadi pertikaian diantara para sesama mahasiswa? Namun jangan salah, kakacauan terjadi tidak hanya ditimbulkan karena permasalahan diantara mahasiswa saja, tetapi hal ini juga bisa terjadi karena disebabkan oleh preman-preman luar yang tinggal disekitaran kampus unhalu ini. Baik, kita kembali pada pertanyaan tadi, seperti yang saya ketahui setelah mewawancarai salah seorang mahasiswa yang tidak lain juga salah satu mahasiswa Unhalu sebut saja inisialnya SKD, “seperti yang kita ketahui di Unhalu ini kan multietnis” katanya, ia juga mengatakan bahwa kekacauan yang kerap kali terjadi disekitaran kampus Unhalu ini karena banyaknya ragam suku sehingga karapkali terjadi perang antarsuku. jika kita mencermati beberapa pemicu pertikaian antarmahasiswa sebenarnya merupakan hal-hal sepele yang semestinya tidak menjadi permasalahan diantara mereka, seperti perbedaan suku, pemalakan, serta ego fakultas saat ospek, semua ini alasan-alasan yang orisinal jika dikaitkan dengan benturan yang kemudian melibatkan fakultas dengan fakultas dalam universitas tersebut ataupun antar kelompok dalam kawasan kampus tersebut.
Meskipun demikian, jika dirunut akarnya, kekerasan yang kerap terjadi di sekitaran kampus Unhalu disebabkan karena culture sosial yang mengakibatkan Mahasiswa kahilangan jiwa sosialnya. Salah satu kekacauan yang pernah terjadi yaitu pada tanggal 28/08/2010 yang melibatkan dua kelompok antar suku yang berbeda yakni suku tolaki dan suku muna, mereka saling serang dan kajar-kajaran menggunakan batu dan senjata tajam, kejadian ini sungguh masih melekat diingatan kita, betapa tidak bentrokan ini terjadi disaat Bulan Suci Ramadhan berlangsung, ketika seluruh ummat Muslim sedang melaksanakan ibadah yang begitu penuh kesucian. jika begini, sepertinya mereka tidak lagi mengenal adanya tali persaudaraan diantara kita semua. Peperangan antarsuku yang biasa terjadi di sekitaran kampus Unhalu ini tidak jarang menelan korban, di antara para korban ada yang luka ringan, bahkan ada yang luka berat hingga meninggal dunia. Seringnya terjadi perkelahian antar kelompok pemuda memang kerap terjadi di depan kampus Unhalu ini.
Segala aktifitas warga yang berdomisili di sekitaran kampus Unhalu tiba-tiba saja lumpuh. Warga di daerah ini juga semakin resah dengan maraknya perkelahian antar kelompok yang sering terjadi belakangan ini contohnya saja mereka yang tinggal di depan kampus Unhalu dan membuka usaha seperti menjual makanan ataupun gorengan, ketika keadaan sekitaran kampus Unhalu sedang mengalami kekacauan, maka mau tidak mau warga harus menutup dagangannya lebih awal dari biasanya, dan ini sudah menjadi bagian dari usaha mereka, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi aksi teror yang datang sewaktu-waktu dan tentunya ini akan menghambat kelancaran usaha warga. Tidak hanya itu, mahasiswa-mahasiswi yang tinggal disekitaran kampus Unhalupun merasa sangat terganggu katika mereka yang tidak bertanggung jawab kembali membuat kekacauan, akhirnya jika malam hari mereka lebih memilih untuk berdiam diri di dalam rumah, dan jika ada keperluan mendesak, mereka lebih memilih untuk menyelesaikan lebih awal, atau bahkan menunda hingga esok hari. Hal ini disebabkan rasa takut akan kejadian-kajadian yang meresahkan itu. Perasaan was-was dan gundah gulana selalu saja menghantui perasaan mereka, kemanapun mereka melangkah selalu saja dihinggapi rasa takut, segala aktifitaspun jadi terhenti, bahkan kegiatan perkuliahan kadang terhenti bagitu saja karena mereka takut untuk melakukan aktifitas diluar tempat tinggal mereka. Selain itu, akses untuk keluar-masuk sekitaran kampuspun jadi terhambat karena angkutan umum dipalang dan tidak diperbolehkan untuk memasuki kawasan kampus Bumi Tri Dharma ini.
Pantas saja, jika diluar kota Kendari Unhalu hanya dikenal dengan citra yang tidak baik. Apakah ini yang kita harapkan? Tentunya bukan sama sekali!!! Bukankah perbedaan antarsesama akan menjadi ragam yang satu di antara kita semua? Seperti semboyan yang telah kita pelajari sejak duduk di bangku SD dulu yaitu Bhineka Tunggal Ika, yang memiliki arti berbeda-beda namun tetap satu jua, apakah ini tidak cukup untuk kita jadikan sebagai pedoman dalam hidup yang penuh keragaman ini? Atau mungkin sebagian dari kita sudah lupa dengan semboyan ini? Mungkin juga… dan sepertinya itulah yang tengah terjadi pada warga sekitaran kampus Unhalu yang kini sudah melupakan makna semboyan Bhineka Tunggal Ika. Padahal kita semua tahu bahwa Bhineka Tunggal Ika itu merupakan semboyan yang berperan sebagai pengikat perbedaan-perbadaan yang ada dianatara kita semua. Secara mendalam Bhineka Tunggal Ika memiliki makna, bahwa walaupun di Indonesia terdapat banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa dan lain sebagainya namun tetap satu kesatuan yang sebangsa dan setanah air. Dipersatukan dengan bendera, lagu kebangsaan, mata uang, dan bahasa.
Tidak dapat dipungkiri, jika kita semua yang berdomisili di sekitaran kampus Unhalu ini menginginkan kebahagiaan dan kenyamanan disetiap detik kehidupan yang kita lalui, tidak hanya kenyamanan yang kita harapkan, akan tetapi kecocokan dan kedamaian yang diinginkan dalam setiap harapan. Sebagai mahasiswa yang baik berarti dia yang mampu menyesuaikan diri ketika berada lingkungan kampus ataupun diluar lingkungan kampus. Apabila keadaan sekitaran kampus kita sudah di anggap nyaman oleh masyarakat luas maka pantas saja jika kita mendapat pujian dari mereka. Pertanyaannya sekarang, kapan sekitaran kampus kita bisa menjadi nyaman dihati masyarakat? Sedang dimata mereka saja masih sering menyaksikan kejadian-kejadian yang sangat miris dihati. Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa yang ada didalam lingkungan sekitaran kampus jangan sampai terjatuh kedalam pergaulan-pergaulan yang akan membawa dampak negatif bagi keadaan kampus ini, seperti memakai obat-obatan terlarang, minum-minuman keras yang akan berdampak pada mabuk-mabukan dan hilang kendali akan kesadaran kita dan bisa menimbulkan emosi diantara sesama mahasiswa yang berujunag dengan pertikaian, saat kasadaran kita diluar kendali maka kita tidak lagi mengenal yang namanya saudara justru sebaliknya kita malah menganggap semua orang sebagai musuh kita.
Manusia memang tidak ada yang sempurna, akan tetapi dengan kata-kata sempurana kita setidaknya akan termotivasi untuk menunjukkan pribadi yang baik demi mencapai keadaan kampus yang aman dan nyaman, yang di dalamnya hanya ada mahasiswa-mahasiswa yang berprestasi dan menunjukkan bakatnya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Keadaan sekitaran kampus yang nyaman tentunya akan menciptakan suasana yang menyenangkan pula, hal ini akan benar-benar tercapai jika seluruh aspek yang ada di dalam kampus dapat saling mendukung dan menciptakan suasana yang begitu nyaman, tentunya dengan seperti itu kampus kita akan melahirkan sarjana-sarjana yang berguna bagi kehidupan masyarakat sekitar dan mengurangi lahirnya preman-preman yang berjiwa anarkis, yang hanya dapat menjadi pengangguran yang tidak terdidik, dan bisa mengganggu kenyamanan orang lain. Oleh sebab itu, keadaan yang aman dan nyaman akan menjadi tempat yang menyenamgkan dan dapat digunakan untuk menghabiskan waktu dengan baik dan melakukan hal-hal yang berguna.(Eka Mustika)