Beberapa pemimpin dari berbagai elemen pemuda dan pelajar yang tergabung dalam Aliansi Pemuda dan Pelajar (AP2) Sulawesi Tenggara berunjukrasa di gedung DPRD Sultra, Pada Senin (12/9).
Aksi massa yang berjumlah +500 orang dimulai dari berbagai titik dan berpusat sementara di depan gedung KNPI Wua-Wua kemudian berorasi beberapa jam sebelum melanjutkan aksi unjukrasa di kantor DPRD Sultra. Karena aksi unjuk rasa ini adalah aksi damai, massa yang terkumpul diarahkan untuk tidak keseluruhan mengikuti gerakan ini sampai ke kantor DPRD Sultra untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, termasuk tindakan anarkis.
Aksi ini sebagai wujud kepedulian dengan keresahan warga Kota Kendari terhadap situasi yang berlaku sekarang ini, keadaan semakin parah dengan beredarnya isu-isu yang menjurus kepada unsur SARA sehingga kehidupan dibeberapa titik tidak lepas dari membahas isu tersebut. Aksi unjuk rasa juga di lakukan oleh sekumpulan kecil sopir angkutan kota, yang merasa resah dengan situasi Kota Kendari saat ini, mereka mendakwa bahwa penumpang was-was untuk naik angkot apabila didalam angkot ada dua atau tiga orang lelaki.Tambahan pula supir angkot memilih tidak beroperasi pada malam hari karena merasa cemas jangan sampai angkot mereka ditumpangi oleh kelompok orang yang dikhuatiri membawa benda-benda tajam. Hidup seolah dalam suasana saling curiga mencurigai dan ini sangat tidak nyaman.
Pengunjuk rasa kemudian menuju Kantor DPRD Sulawesi Tenggara,setelah melakukan orasi beberapa ketika ketua DPRD Sultra LM Rusman Emba bersedia keluar dan berdialog dengan pengunjukrasa. Rusman Emba menyatakan bahwa di dalam gedung DPRD Sultra sedang berlangsung rapat tertutup yang dihadiri Gubernur dan Wakil Gubernur Sultra,Rektor Unhalu,Muspida, Kapolda Sultra,Kapolres Kendari dan Muspida bersama unsur masyarakat, membahas pemulihan situasi pasca kekerasan didepan kampus Unhalu beberapa waktu lalu.Pengunjuk rasa kemudian disuruh bersabar untuk menunggu.
Massa tenang untuk beberapa jam kemudian kembali melakukan orasi mendesak Gubernur Sulawesi Tenggara, Nur Alam dan Walikota Kendari untuk mengeluarkan rekomendasi terkait pengamanan diwilayah kampus Universitas Haluoleo untuk diambil alih oleh pihak Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Selain berorasi, massa yang mengusung spanduk berukuran panjang 50 meter bertuliskan pesan tuntutan, massa juga sempat melakukan aksi bakar ban bekas didepan kantor dewan yang telah di kawal aparat keamanan berperisai, sebelum kemudian Gubernur H.Nur Alam didampingi Saleh Lasata,Rajiun Tumada,LM.Rusman Emba dan kapolres Kendari serta jajaranya keluar berdialog dengan massa.
Dihadapan warganya, Gubernur Nur Alam berjanji akan segera memulihkan situasi disekitar kampus Unhalu yang telah merenggut kenyamanan warga. “Saya minta semua pihak untuk menahan diri dan tidak terprovokasi dengan isu-isu yang tidak bertanggungjawab. Saya sudah berkoordinasi dengan Kapolda untuk segera mengungkap setiap kasus pembunuhan yang telah terjadi di sekitar kampus Unhalu,” kata Nur Alam.
Dalam aksinya, mereka menuntut agar Kapolda Sultra, Brigjen Pol. Sigit Sudharmanto dan Kapolresta Kendari, AKBP Yuyun Yudhantara segera mundur dari jabatannya.Karena dinilai tidak mampu menjalankan tugas dalam menjaga stabilitas kemanan diwilayah kampus Universitas Haluoleo (Unhalu), Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, yang mana telah mengorbankan nyawa beberapa orang tidak berdosa di jalan HE Mokodompit" coba anda bayangkan saat berjalan tiba-tiba kepala terlepas dari badan terkena sabetan benda tajam, atau tertusuk oleh busur maupun badik" seorang pengunjuk rasa bergidik ngeri disela-sela orasi. Aksi Damai yang tergabung dalam Aliansi Pemuda dan Pelajar Sulawesi Tenggara (AP2 SUltra) ini berlangsung damai dan terkontrol sehingga mereka mengundurkan diri dari kantor DPRD Sultra setelah usai melakukan unjukrasa.
Sementara itu ditempat terpisah juga berlangsung unjukrasa yang dihadiri sekitar 100 orang lebih yang berasal dari Taman Pemuda dan Mahasiswa Tolaki (Tamalaki) Sulawesi Tenggara berunjuk rasa di Markas Kepolisian Resort Kendari. Mereka menuntut pembebasan puluhan rekan mereka yang ditahan polisi, karena kedapatan membawa senjata tajam dan mencoba memprovokasi warga di bundaran pasar baru lalu.
Sebelumnya, pada Jumat malam (09/09), polisi menangkap 38 pemuda bersenjata tajam, di Jalan MT Haryono, Kelurahan Wua-wua, Kendari, depan kantor DPD KNPI Sultra. Namun hasil penyidikan polisi, dari 38 orang yang ditangkap, polisi hanya menahan 9 orang dan selebihnya itu dibebaskan karena tidak terbukti bersalah.
Massa Taman Pemuda dan Mahasiswa Tolaki (Tamalaki) sebelumnya berorasi di depan kampus Unsultra dengan menggunakan sepeda motor dan kendaraan roda empat meminta polisi untuk professional. Wakapolresta Kendari yang menemui para pengunjuk rasa menyatakan, pihaknya tidak bisa membebaskan rekan mereka, karena terbukti membawa senjata tajam dan mencoba memprovokasi warga lainnya.
Massa dari Tamalaki akhirnya meninggalkan markas polresta kendari dan menggelar konvoi. Mereka sempat berorasi di lampu merah depan eks MTQ Kendari Baca selajutnya...